Kamis, 26 Januari 2012

Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.
Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam jumlah berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya. Revolusi IndustriNamun, dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan kematian bagi pekerja. Juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar bagi perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan hidup.
Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam perusahaan. Pada era in kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas contributing negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule (ketentuan kepegawaian), dan risk assumption (asumsi resiko) (Tono, Muhammad: 2002). Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja.Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing sektor ekonomi. Beberapa di antaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement (Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya. Kepedulian Tinggi Pada awal zaman kemerdekaan, aspek K3 belum menjadi isu strategis dan menjadi bagian dari masalah kemanusiaan dan keadilan. Hal ini dapat dipahami karena Pemerintahan Indonesia masih dalam masa transisi penataan kehidupan politik dan keamanan nasional. Sementara itu, pergerakan roda ekonomi nasional baru mulai dirintis oleh pemerintah dan swasta nasional.
K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin ramainya investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional (manufaktur). Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan sebelumnya seperti UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak menyatakan secara eksplisit konsep K3 yang dikelompokkan sebagai norma kerja.Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa.
Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Selain sekor perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-sektor lain seperti pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur (pabrik), perikanan, dan lain-lain.Di era globalisasi saat ini, pembangunan nasional sangat erat dengan perkembangan isu-isu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan global tidak hanya sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas pelayanan dan jasa. Banyak perusahaan multinasional hanya mau berinvestasi di suatu negara jika negara bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena itu bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3, menempatkan ini pada urutan pertama sebagai syarat investasi.













Pemerintah harus mengutamakan kesehatan masyarakat

Untuk mewujudkan Negara yang lebih baik melalui kepemilikan generasi terbaik,kesehatan masyarakat perlu menjadi prioritas. Dengan mengaplikasikan kesehatan ini, akan muncul generasi sehat yang mampu memberikan kontribusi optimalnya dalam membangun Negara ini. Jiwa yang sehat secara fisik dan batin diharapkan memiliki kemampuan untuk berkontribusi dengan baik dan nyaman dalam berbagi ide dan pemikiran mereka ke dalam bentuk nyata sesuai aspek dan bidang yang ditekuni masing-masing bagi masa depan yang lebih baik.Kesehatan masyarakat sendiri mencakup banyak hal, baik misalnya dari kesehatan keluarga, reproduksi, hingga kesehatan kejiwaan. Kesemua ilmu dan keterampilan mengenai kesehatan tersebut dibahas dan dipelajari demi terwujudnya kesehatan yang lebih baik dan komprehensif bagi masyarakat.
Kesehatan keluarga merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan dan dipelajari oleh masyarakat. Mengingat keluarga adalah bagain terkecil dari masyarakat, kebutuhan akan terciptanya keluarga yang sehat menjadi juga pertimbangan mengapa masyarakat perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melindungi kesehatan keluarga. Dengan adanya ilmu ini, diharapkan keluarga setidaknya mampu memberikan pertolongan pertama saat ada keluarga lain yang jatuh sakit. Perawatan dan pengobatan yang dilakukan oleh keluarga juga diyakini lebih efektif dalam menyembuhkan pasien. Kesembuhan pasien tidak hanya dipenuhi dengan pengobatan dan perawatan semata namun juga kasih sayang dan perhatian yang ditunjukkan oleh keluarga. Ketika keluarga mampu berkontribusi dalam merawat pasien, maka proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat.
Sementara itu, kesehatan reproduksi menjadi krusial untuk diberikan kepada para wanita, terutama para ibu dan remaja yang memang rentan mengalami hal ini.Kesehatan masyarakat merasa perlu memberikan pengetahuan ilmu reproduksi mengingat masih banyak wanita yang tidak paham pentingnya merawat hal ini. Tidak hanya para wanita di daerah terpencil yang memiliki pengetahuan terbatas mengenai kesehatan reproduksi ini, karena banyak pula wanita kota yang tidak memahami bagaimana peran reproduksi ini. Hal ini lantaran kurangnya media yang memberikan informasi secara menyeluruh dan detail dalam membahas ilmu ini. Disinilah peran kesehatan masyarakat berjalan karena dengan program ini, banyak wanita yang kemudian menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan reproduksi mereka, tidak hanya untuk kesehatan pribadi mereka, namun juga bagi seluruh keluarga secara utuh. Dengan memberikan banyak penyuluhan dan ajang berbagi maupun diskusi, diharapkan para wanita menjadi lebih peka terhadap kesehatan mereka.
Situasi yang tidak menentu saat ini memungkinkan banyaknya kelainan kejiwaan yang menjadi salah satu prioritas dalam kesehatan masyarakat. Dalam menangani masalah kejiawaan, keluarga masih memiliki dominasi dalam mempercepat penyembuhan. Diperlukan kesabaran dan ketekunan dari pihak keluarga yang salah satu keluarganya memiliki riwayat kejiwaaan. Penerimaan keluarga terhadap pasien kejiwaan mampu mengefektifkan proses penyembuhan karena pasien merasa tidak dkucilkan dan tetap menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Dengan beragam bagian kesehatan yang telah diupayakan dalam kegiatan tersebut, maka dapat disimpulkan permasalahan kesehatan memiliki ruang lingkup kompleks. Oleh karena itulah, kesehatan masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat yang berupaya menguraikan dan menjadi solusi dari permasalahan kesehatan kompleks tersebut.


             



Demam berdarah di kabupaten Bantul


Penyakit Demam Berdarah banyak dikatakan sebagai risiko bagi negara berkembang maupun negara maju sekalipun. Selama 20 tahun terakhir, insiden wabah penyakit demam berdarah terus meningkat dan transmisi hiperendemik telah terjadi dan melintasi wilayah geografis yang luas. 
Di Indonesia sendiri, penyakit demam berdarah juga masih menjadi persoalan yang serius. Dapat dibayangkan, misalkan yang pernah terjadi pada tahun 2004, dalam waktu tiga bulan (januari-maret) saja telah terjadi total 26.015 kasus di seluruh Indonesia, dengan 389 korban meninggal. Tahun ini pun jumlahnya masih cukup tinggi.
Patut disayangkan, pendekatan pemberantasan sarang nyamuk sering tidak berhasil. Hal ini terutama karena strategi tersebut membutuhkan bangunan kesadaran yang kuat pada diri masyarakat untuk menjaga lingkungannya serta membangun kebiasaan yang memberi efek positif bagi kesehatannya.
Mengetahui persoalan ini, dan juga karena penyakit demam berdarah menjadi prioritas di Kabupaten Bantul, Bupati Bantul memiliki political will yang kuat untuk menghimpun partisipasi komunitas dalam pemberantasan sarang nyamuk. Setiap jumat dua minggu sekali, ia menggerakkan kepala-kepala dinas di wilayah kabupaten Bantul untuk berkeliling bersama terjun langsung ke masyarakat, bersama-sama dengan tim dari kecamatan dan dusun berkunjung dari rumah ke rumah memberi contoh dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara langsung. Selain melakukan PSN, mereka juga mensosialisasikan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS), mencari adanya kehamilan risiko tinggi, dan melakukan sosialisasi isu lain, misalnya kebijakan kependudukan yang baru, dan lain-lain.
Seandainya strategi ini berhasil untuk membangun kesadaran masyarakat melakukan PSN, maka hal ini juga akan memberi cost effectiveness pada pembiayaan penanggulangan penyakit demam berdarah. Selama ini, penyakit demam berdarah menyabot biaya yang paling besar. Dapat dibayangkan, untuk sekali fogging (pengasapan) saja, biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp5 juta. Maka apabila pada 2007 terdapat 578 kasus demam berdarah, dilakukan fogging sebanyak 578 kali. Selain itu, anggaan juga dikeluarkan untuk membayar orang yang mengawasi perkembangan jentik di setiap wilayah RT. Di Bantul, terdapat 2.465 RT yang menjadi prioritas utama pengawasan terhadap jentik. Pengawas jentik ini mendapat bayaran sebesar Rp20.000 per bulan, jumlah yang sebenarnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jasa pengawasan yang dilakukannya. 
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membangun partisipasi komunitas untuk melakukan 3M plus (menutup, menguras, menimbun plus memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat).














Telepon seluler dapat mempengaruhi otak kita

Berapa lamakah Anda biasa menelepon menggunakan hp (atau lebih tepatnya meletakkan hp di kepala Anda) dalam satu waktu? Teknologi telepon memang telah membantu kita dengan fasilitas untuk mengurangi penghalang waktu dan jarak. Tapi tampaknya mulai sekarang kita harus berhati-hati. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Nora D. Volkow, MD, from the National Institute on Drug Abuse in Bethesda, Maryland, yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association menunjukkan bahwa meskipun tidak mempengaruhi seluruh bagian otak,  terjadinya perubahan pada bagian-bagian tertentu otak yang berada paling paling dekat dengan antena handphone. Perubahan tersebut mereka amati setelah kegiatan menelepon selama hanya 50 menit.

Melalui pemeriksaaan PET dan MRI, perubahan kecil pun dapat diamati oleh para peneliti. Melalui gambaran yang dihasilkan (lihat gambar), terlihat bahwa ketika telepon digunakan, terjadi peningkatan  signifikan dari  metabolisme gula pada area khusus yang berdekatan dengan antena hp atau tempat dimana hp kita melekat ke bagian kepala. Meskipun sebyek peneltiian tersebut tidak berbicara melainkan hanya mendengarkan saat menelepon, efek yang lebih besar terlihat pada individu yang berbicara ketika sedang menelepon.
Meskipun demikian, dampak biologis secara langsung dari peningkatan metabolisme gula di otak ini masih belum diketahui. Oleh karena itu, para peneliti menyebutkan bahwa temuan ini memiliki potensi ke arah positif, yaitu pemanfaatan temuan untuk terapi, namun juga potensi negatif yang harus dibuktikan lagi. Dengan temuan perubahan otak ini, para peneliti lain ditantang untuk menemukan lebih banyak lagi mengenai berbahaya tidaknya penggunaan telepon untuk otak, termasuk untuk menjawab kontroversi yang ada selama ini mengenai benarkan paparan telepon akan menimbulkan kanker.

Untuk lebih berhati-hati, kita disarankan untuk menggunakan hadsfree device atau menyalakan loudspekaer untuk mengurangi kontak antara hp dengan kepala kita. Anak-anak dan remaja juga harus berhati-hati dalam menggunakan telepon karena jaringan-jaringan syaraf mereka masih dalam proses perkembangan


ilmu kesehatan masyarakat


Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggrispublic health) menurut profesor Winslow adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisien. Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk : (Notoatmodjo, 2003)
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
        2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
        3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
        4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
        5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Sedentary- lifestyle3Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan masyarakat antara lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi, Antropologi, dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :
1. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
2. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
3. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
4. Kesehatan Lingkungan.
5. Gizi Masyarakat.
6. Kesehatan Kerja.
7. Epidemiologi.
Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi disipliner, karena memang pada dasarnya Masalah Kesehatan Masyarakat bersifat multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Perbaikan lingkungan pemukiman
4. Pemberantasan Vektor
5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
6. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
7. Pembinaan gizi masyarakat
8. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
9. Pengawasan Obat dan Minuman
10. Pembinaan Peran Serta Masyarakat si melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Ikatan Dokter Amerika (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Jumat, 20 Januari 2012

Kobalt (Cobalt = Co)
Description: oats
Sumber:
Kobalt adalah trace element yang banyak dijumpai di lingkungan. Sumber Kobalt yang baik antara lain ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau (seperti brokoli dan bayam), sereal Good food sources of cobalt include fish, nuts, green leafy vegetables (such as broccoli and spinach), and cereals (misalnya gandum).

Kebutuhan:
Kebutuhan Kobalt seharusnya sudah dapat tercukupi dari diet sehari-hari. Kobalt adalah bagian besar dari struktur Vitamin B12 sehingga untuk memperoleh cukup Kobalt, kita perlu memastikan bisa memperoleh cukup Vitamin B12. Kebutuhan Kobalt orang dewasa kira-kira 0.0015 mg (1.5 mikrogram) vitamin B12 per hari.

Fungsi:
Kobalt berperan membentuk bagian dari struktur Vitamin B12.

Akibat konsumsi terlalu banyak:
Konsumsi Kobalt berjumlah besar dalam waktu lama dapat berpengaruh pada jantung dan mungkin menurunkan fertilitas pada pria.

Saran:
Konsumsi terlalu banyak Kobalt dapat menyebabkan gangguan. Tetapi, saat ini, suplemen Kobalt tidak tersedia dan Kobalt yang kita dapatkan dari makanan tidak berbahaya.
Konsumsi suplemen Kobalt 1.4 mg atau kurang per hari munkin tidak menyebabkan gangguan.


Molibdenum (Molybdenum= Mo)
Description: salad leaves
Sumber:
Molibdenum adalah  trace element yang dapat dijumpai pada berbagai macam makanan. Makanan-makanan yang di atas tanah-seperti kacang kapri, sayuran gelap (termasuk brokoli dan bayam) dan bunga kol-cenderung berkadar molibdenum lebih tinggi daripada daging dan makanan yang tumbuh di bawah tanah seperti kentang. Makanan-makanan yang berkadar molibdenum sangat tinggi antara lain kacang, sayuran kaleng, dan sereal misalnya gandum.

Kebutuhan:
Kebutuhan molibdenum sudah dapat tercukupi dengan diet sehari-hari.

Fungsi:
Molibdenum membantu membuat dan mengaktifkan beberapa enzim yang telibat dalam perbaikan dan pembuatan materi genetik.

Akibat konsumsi terlalu banyak:
Beberapa bukti menunjukkan bahwa mengkonsumsi suplemen molibdenum dapat mengakibatkan nyeri sendi. Tak ada cukup bukti untuk mengetahui apa saja efek yang dapat timbul akibat mengkonsumsi suplemen molibdenum.

Saran
Kebutuhan molibdenum sudah tercukupi dari diet bervariasi dan seimbang. Molibdenum yang kita peroleh dari makanan tidak menyebabkan gangguan.

Flu Burung


Kasus avian influenza (flu burung) pada manusia telah terjadi di Indonesia. Flu burung disebabkan oleh virus influenza A H5N1. Penularannya dari unggas ke manusia. Belum ada bukti ilmiah penularan antar manusia di masyarakat. Virus ini dapat memicu respon imun yang tidak cukup sehingga menyebabkan gejala respirasi berat dan kegagalan multisistem. Gejala penyakit ini amat bervariasi, mulai dari seperti flu dan dapat memburuk dengan cepat menjadi pneumonia berat yang dapat menyebabkan kematian. Pemeriksaan laboratorium untuk mengenali penyakit ini adalah deteksi antigen cepat, isolasi virus dengan kultur, PCR, dan tes serologi. Jika seseorang diduga terjangkit flu burung, terapi antivirus diberikan secepatnya tanpa menunggu konfirmasi laboratorium. Saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk manusia. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dan dilaksanakan antara lain adalah penelitian, upaya promosi kesehatan, deteksi dini dan penanganan secepatnya.
Akhir tahun 2003 flu burung mulai merebak di Asia tetapi baru diberitakan awal tahun 2004. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada bulan Januari 2004 Departemen Pertanian mengumumkan secara resmi, terjadi pertama kali kasus avian influenza menyerang unggas di Indonesia. Pada bulan Juli 2005, ditemukan untuk pertama kali di Indonesia kasus flu burung pada manusia. Indonesia menyusul Thailand, Vietnam, dan Kamboja yang sudah terlebih dahulu melaporkan terjadinya infeksi flu burung subtipe H5N1 pada manusia. Data dari Depkes menunjukkan hingga 7 April 2007 jumlah kumulatif kasus H5N1 pada manusia yang sudah dikonfirmasi laboratorium 94 orang, 74 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak di dunia. Indonesia juga menduduki peringkat teratas dalam hal case fatality rate (CFR) dengan angka kematian kasus mencapai 78,72% melebihi Vietnam yang angkanya 45,16%.
Untuk menangani masalah flu burung, pemerintah telah mengambil langkah-langkah umum seperti melaksanakan respon cepat di daerah atau wilayah yang belum terjangkit sebagai tindakan kewaspadaan dini dengan intensifikasi surveilans epidemiologi terutama terhadap kasus influenza dan pneumonia. Pemerintah menyiagakan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menerima rujukan perawatan/observasi penderita yang diduga terjangkit flu burung, menginstruksikan kepada pemerintah provinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan berjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing. Pemerintah juga meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak agar masyarakat sadar dan waspada akan adanya flu burung di daerah sekitarnya.
Kasus avian influenza di Indonesia ini sudah sepatutnya menjadi perhatian. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa pneumonia dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian. Avian influenza atau flu burung disebabkan oleh subtipe tertentu dari virus influenza A pada populasi binatang, terutama ayam. Infeksi virus avian influenza A (H5N1) pada manusia pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1997 dan menyebabkan outbreak di Hongkong. Sesudah itu, strain H9 dan H7 juga dilaporkan menyebabkan infeksi pada manusia.
Virus H5NI dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Hasil studi menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Penyebaran penyakit ini terjadi di antara populasi unggas satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Secara umum virus flu burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung. Belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia.

di comment dan di follow ya !!!