Kasus avian influenza (flu burung) pada manusia telah terjadi di Indonesia. Flu burung disebabkan oleh virus influenza A H5N1. Penularannya dari unggas ke manusia. Belum ada bukti ilmiah penularan antar manusia di masyarakat. Virus ini dapat memicu respon imun yang tidak cukup sehingga menyebabkan gejala respirasi berat dan kegagalan multisistem. Gejala penyakit ini amat bervariasi, mulai dari seperti flu dan dapat memburuk dengan cepat menjadi pneumonia berat yang dapat menyebabkan kematian. Pemeriksaan laboratorium untuk mengenali penyakit ini adalah deteksi antigen cepat, isolasi virus dengan kultur, PCR, dan tes serologi. Jika seseorang diduga terjangkit flu burung, terapi antivirus diberikan secepatnya tanpa menunggu konfirmasi laboratorium. Saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk manusia. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dan dilaksanakan antara lain adalah penelitian, upaya promosi kesehatan, deteksi dini dan penanganan secepatnya.
Akhir tahun 2003 flu burung mulai merebak di Asia tetapi baru diberitakan awal tahun 2004. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada bulan Januari 2004 Departemen Pertanian mengumumkan secara resmi, terjadi pertama kali kasus avian influenza menyerang unggas di Indonesia. Pada bulan Juli 2005, ditemukan untuk pertama kali di Indonesia kasus flu burung pada manusia. Indonesia menyusul Thailand, Vietnam, dan Kamboja yang sudah terlebih dahulu melaporkan terjadinya infeksi flu burung subtipe H5N1 pada manusia. Data dari Depkes menunjukkan hingga 7 April 2007 jumlah kumulatif kasus H5N1 pada manusia yang sudah dikonfirmasi laboratorium 94 orang, 74 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak di dunia. Indonesia juga menduduki peringkat teratas dalam hal case fatality rate (CFR) dengan angka kematian kasus mencapai 78,72% melebihi Vietnam yang angkanya 45,16%.
Untuk menangani masalah flu burung, pemerintah telah mengambil langkah-langkah umum seperti melaksanakan respon cepat di daerah atau wilayah yang belum terjangkit sebagai tindakan kewaspadaan dini dengan intensifikasi surveilans epidemiologi terutama terhadap kasus influenza dan pneumonia. Pemerintah menyiagakan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menerima rujukan perawatan/observasi penderita yang diduga terjangkit flu burung, menginstruksikan kepada pemerintah provinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan berjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing. Pemerintah juga meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak agar masyarakat sadar dan waspada akan adanya flu burung di daerah sekitarnya.
Kasus avian influenza di Indonesia ini sudah sepatutnya menjadi perhatian. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa pneumonia dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian. Avian influenza atau flu burung disebabkan oleh subtipe tertentu dari virus influenza A pada populasi binatang, terutama ayam. Infeksi virus avian influenza A (H5N1) pada manusia pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1997 dan menyebabkan outbreak di Hongkong. Sesudah itu, strain H9 dan H7 juga dilaporkan menyebabkan infeksi pada manusia.
Virus H5NI dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Hasil studi menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Penyebaran penyakit ini terjadi di antara populasi unggas satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Secara umum virus flu burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung. Belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia.
Virus H5NI dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Hasil studi menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Penyebaran penyakit ini terjadi di antara populasi unggas satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Secara umum virus flu burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung. Belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia.
di comment dan di follow ya !!!
gue sempet baca qi kalo Obat Anti-Virus: Oseltamivir* (Tamiflu®)bermanfaat buat mengatasi semua jenis virus Influenza kelas A, termasuk H5N1. dan ditujukan untuk pengobatan dan pencegahan.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskayanya tugas pikm ne hahaha...tpi boleh lah boy :P
BalasHapusPenyakit ini sangat berbahaya atau tidak?
BalasHapusbagaimana cara menanggulangi kasus tersebut?